Pages

Search This Blog

Kamis, 16 Januari 2014

Ancaman Bagi Yang Lalai Dari Birrul Walidain


Dicatat oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (4/344),
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ : سَمِعْتُ قَتَادَةَ يُحَدِّثُ ، عَنْ زُرَارَةَ بْنِ أَوْفَى ، عَنْ أُبَيِّ بْنِ مَالِكٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : ” مَنْ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ أَوْ أَحَدَهُمَا ، ثُمَّ دَخَلَ النَّارَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ ، فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ وَأَسْحَقَهُ “
Muhammad bin Ja’far menuturkan kepadaku, Syu’bah menuturkan kepadaku, ia berkata, Qatadah menyampaikan hadits dari Zurarah bin Aufa, dari Abu Ibni Malik dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa beliau bersabda:
Barangsiapa yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup atau salah satunya, lalu setelah itu ternyata ia masuk neraka, maka Allah akan masukan ia lebih dalam lagi ke dalam neraka

Derajat hadits

Sanad hadits ini shahih, semua perawinya tsiqah. Dan semuanya merupakan perawi Shahihain kecuali Abu Ibni Malik, namun beliau adalah seorang shahabat Nabi, dan

Rabu, 15 Januari 2014

Fatwa Ulama: Salafi Itu Bermadzhab Hambali?

Fatwa Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Soal:
Apakah benar bahwa Salafiyyun itu orang-orang yang bermadzhab Hambali saja? Apa sebenarnya hakikat Salafiyyah? Apakah Salafiyah itu identik dengan keras dan kaku sebagaimana yang digembar-gemborkan sebagian orang?
Jawab:
Perkataan ini tidaklah benar. As Salafus Shalih adalah para sahabat Nabi radhiallahu’anhum serta orang-orang yang menjalani jalan mereka dalam beragama, termasuk di dalamnya para tabi’in, atba’ at tabi’in, juga madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dan yang selain mereka yang berjalan di atas al haq dan berpegang teguh pada Al Kitabul Aziz dan Sunnah At Muthahharah. Baik

Pengaruh Al-Qur'an Terhadap Orang-Orang Shalih

Manshur bin Ammar melihat seorang pemuda sedang melaksanakan shalat seperti shalatnya orang-orang yang takut, lalu ia memanggil pemuda tersebut, “Hai anak muda! Apakah engkau pernah membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Tatkala ia mendengar ayat ini, maka ia langsung jatuh pingsan. Ketika telah siuman ia berkata, “Berilah aku tambahan lagi.” Lantas Manshur berkata, “Bukankah engkau tahu bahwa di Neraka Jahannam terdapat jurang yang disebut api yang bergejolak yang mengelupaskan kulit kepala, yang memanggil orang yang membelakangi dan yang berpaling (dari agama).” Maka, ia pun tidak mampu memikul nasihat ini, lalu ia jatuh dan meninggal dunia.
Selanjutnya dadanya dibuka. Ternyata ditemukan dadanya bertuliskan, “Sesungguhnya dia berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi, buah-buahannya dekat.”
Manshur melanjutkan ceritanya, “Lalu saya tidur sambil memikirkan kondisi pemuda tersebut. Di dalam tidur, saya melihatnya sedang berjalan dengan lagak yang bagus di dalam surga. Di atas kepalanya terdapat mahkota kehormatan. Kemudian saya bertanya kepadanya, “Dengan apa engkau dapat memperoleh derajat seperti ini?” lalu ia berkata kepadaku, “Bukankah engkau pernah membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. Al-Qamar: 54-55)

Fenomena Kesyirikan di Negri Tercinta


Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Oleh karena itu, Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai bentuk petunjuk dalam beribadah kepadaNya. Segala bentuk ibadah yang Allah perintahkan sudah termaktub dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits seluruhnya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam”(Al-An’am 162)

Demikianlah Allah menjelaskan hakikat ibadah. Ibadah yang dilakukan hendaknya ditujukan hanya kepada Allah semata. Dan barangsiapa yang memalingkan ibadah kepada selain Allah, maka ia telah berbuat kesyirikan. Kesyirikan adalah kedzaliman yang besar dan dapat mengeluarkan pelakunya dari islam. Diantara pembatal-pembatal keislaman yang disebutkan para ulama pertamakali dalam buku-buku mereka adalah kesyirikan. Imam Adz-dzahabi pun dalam kitabnya “Al-Kabair” menyebutkan kesyirikan dalam urutan pertama dosa-dosa besar. Maka dari itu, tidak ada dosa yang paling besar selain syirik kepada Allah Azza wa Jalla.